SYARIFUDDIN CIREBON: Mei 2010

Laman

Minggu, 23 Mei 2010

Angan-anganmu Tak Sepanjang Umurmu

Sudah menjadi fitrah manusia, yaitu ingin memiliki apa yang menjadi keinginannya. Sejak kecil, mungkin sebagian besar dari kita sering ditanya, apa cita-citamu. Ada yang ingin menjadi dokter, insinyur, pilot, polisi dan segudang inpian manusia yang lain. Untuk mengejar impian itu, kita berusaha bersungguh-sungguh melakukan upaya-upaya menuju cita-cita itu.

Sering kita dengan slogan motivasi "Gantungkan cita-citamu setinggi langit". Itu berarti kita diberi motivasi untuk mencita-citakan sesuatu setinggi-tingginya. Kalau bisa jadi orang nomor satu sejagad raya. 

Mencita-citakan sesuatu memang boleh-boleh saja. Apalagi cita-cita tersebut akan mendatangkan manfaat. Namun terkadang kita melampaui batas dalam mengejar cita-cita tersebut. 

Mungkin diantara kita ada yang ingin menjadi pimpinan/pejabat di suatu kantor, dengan harapan dapat memberikan manfaat atau memajukan kantor tersebut. Tetapi dalam perjalanannya kita melanggar batas-batas syar'i yang telah digariskan. Misalnya, demi mencari simpati dari atasan, kita rela mengorbankan sholat berjamaah di masjid ketika kita sedang ada rapat. Sehingga kita sholat tidak tepat waktu dan tidak berjamaah, bahkan mungkin ada yang tidak sholat (na'udzubillah). 

Mungkin juga diantara kita ada yang ingin meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti belajar di luar negeri, yang mungkin sebenarnya tidak perlu belajar ke luar negeri, sebab ilmu yang dipelajari tersebut ada juga di dalam negeri. Seandainya kita pelajari kriteria belajar di luar negeri, terutama di negeri kufar, maka mungkin kita akan dapati kalau kita tidak memenuhi kriteria kebolehan belajar di luar negeri tersebut. 

Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan pelanggaran syar'i yang kita lakukan dalam rangka mengejar impian/cita-cita kita.

Sebagai sorang muslim, tentuya kita harus sadar, bahwa cita-cita tertinggi kita adalah mendapatkan rahmat Allah di akhirat, sehingga kita dimasukkan ke dalam lautan kenikmatan dan kebahagiaan tanpa batas, yaitu syurga. Cara yang harus kita lakukan adalah dengan menuntut ilmu syar'i, sehingga kita mengetahui jalan-jalan menuju syurga dan juga jalan-jalan yang dapat menjauhkan kita dari syurga.

Akan tetapi, kita hidup di dunia nyata, dimana kita juga memerlukan fasilitas-fasilitas yang Allah sediakan di dunia. Maka boleh-boleh saja kita meraih apa yang kita inginkan dari kehidupan dunia ini, selama tidak melanggar batas-batas syar'i.

Untuk hidup di dunia, kita butuh makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan lainnya. Itu semua memang kita butuhkan, bahkan kita cita-citakan. Mungkin kita mencita-citakan untuk memiliki sebuah rumah atau bahkan lebih, kendaraan, dan segudang keinginan kita dari kenikmatan dunia ini. Namun, apakah kita sadar bahwa kita hanyalah numpang lewat di dunia, yang kemudian kita akan meninggalkannya. Kematian akan memutuskan cita-cita kita di dunia. Lalu kita menuju cita-cita yang sesungguhnya di kampung akhirat. Mungkin masih banyak keinginan/cita-cita kita yang belum terpenuhi. Cita-citamu di dunia tak sepanjang umurmu.

RAIHLAH APA YANG ALLAH SEDIAKAN DI NEGERI AKHIRAT, TETAPI JANGAN LUPAKAN DUNIA YANG KAU BUTUHKAN.

Telah berlalu orang-orang terdahulu, yakni Rosullullah dan para sahabatnya. Banyak di antara mereka yang hidup bergelimang harta, tapi hati mereka tetap tertuju pada kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.

Ya Allah.... berikanlah kami kebaikan hidup di dunia dan dia akhirat. Amin.