SYARIFUDDIN CIREBON: Agustus 2009

Laman

Selasa, 25 Agustus 2009

Fenomena Khowarij di Indonesia


Beberapa tahun terakhir, di negeri kita tercinta Indonesia telah terjadi pengeboman-pengeboman di tempat-tempat umum dimana terdapat banyak orang. Kita semua tentu merasa iba melihat, mendengar dan mungkin menyaksikan secara langsung kejadian-kejadian tersebut. Aksi pengeboman itu tidaklah tanpa didukung motivasi oleh para pelakunya. Mereka mempunyai pemahaman dan keyakinan yang dijadikan pembenaran perbuatan mereka. Sesungguhnya mereka memiliki pemahaman yang keliru tentang JIHAD yang diajarkan dalam Islam. Jihad dalam Islam tidak bisa seenaknya dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu, tetapi ada ketentuan-ketentuannya. Jihad yang sifatnya menyerang dilakukan bersama dan/ atau atas perintah penguasa kaum muslimin. Jihad yang sifatnya mempertahankan diri karena diserang tidak perlu menunggu perintah penguasa kaum muslimin, tetapi langsung melawan musuh Islam yang menyerang tersebut. Kenyataan yang dilakukan oleh mereka yang melakukan pemboman di negeri kita sungguh menyimpang dari yang sebenarnya. Mereka melakukan pengeboman di tempat dimana terdapat orang Islam juga di sana. Mereka menyerang orang kafir muahad (yang ada perjanjian damai) seenaknya. Sungguh ini merupakan musibah. Ciri-ciri yang mereka lakukan sama persis dengan KHOWARIJ yaitu:
1. Keluar dari ketaatan kepada penguasa kaum muslimin yang sah
Dengan perbuatan mereka tersebut sudah jelas mereka keluar dari ketaatan kepada penguasa yang sah.
2. Mengangkat senjata untuk melawan penguasa kaum muslimin
Dengan menggunakan senjata/bom mereka mencoba melawan penguasa dan membunuh jiwa yang tak berdosa.
3. Menghalalkan darah kaum muslimin
Korban dari pengeboman yang dilakukan sebagiannya adalah orang Islam. Dan mereka meyakini hal itu tidak apa-apa.

Selain itu mereka juga telah melanggar sabda Nabi yang mulia yang menyatakan bahwa "orang yang membunuh orang kafir muahad maka ia tidak akan mencium bau surga". Orang kafir muahad (yang ada ikatan perjanjian damai dengan kaum muslimin), kafir dzimmi (yang dibawah kekuasaan kaum muslimin), kafir musta'man (yang meminta jaminan keamanan kepada penguasa kaum muslimin) mereka semua tidak boleh kita bunuh. Yang boleh kita bunuh adalah kafir harbi (yang menyerang kita, atau dalam peperangan).

Sungguh ini merupakan musibah dan mereka telah mencoreng Islam di mata orang-orang kafir. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kelompok mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.

Ramadhan.............


Alhamdulillah tahun ini kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan bulan Ramadhan, SYAHRUL MUBAROK.

Di bulan yang mulia ini umat Islam terlihat berlomba-lomba dalam beribadah. Yang sebelumnya jarang ke masjid, pada bulan ini mereka bersemangat untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dan yang lainnya, falillahilhamd. Namun biasanya setelah selesai bulan yang mulia ini, mereka kembali jarang ke masjid. Oleh karena itu saya berharap agar Allah tetap menganugerahi mereka dan kita semua agar tetap semangat untuk beribadah kepada-Nya baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya.

Alangkah indahnya jikalau setiap hari masjid-masjid dipenuhi kaum muslimin. Sebagaimana sekarang ini terlihat di masjid kantor saya, pada waktu sholat dzuhur maupun ashar masjid penuh, tetapi di bulan lainnya tidak demikian/ berkurang.

Senin, 17 Agustus 2009

Upacara Bendera..........!!!!


Siaaaaaaaaaaaaap...... Grak....!!!!!
Istirahat di tempaaaaaaaaaaaaat..... Grak.....!!!!
Begitulah sebagian kata-kata yang biasa didengar ketika upacara bendera.

Namun, sekarang ini sudah ada pembahasan mengenai hukum upacara bendera....??????
Berikut ini adalah dialog fiktif yang menggambarkan opini dari penulis mengenai upacara bendera berdasarkan sepengetahuan penulis.

A: "Eh.. Besok kamu dapat giliran upacara bendera 17 Agustus nggak?"

B: "Nggak tuh... Emangnya kamu disuruh upacara?"

A: "Iya nich.... Padahal aku udah bosen banget upacara. Semenjak sekolah SD saya upacara, sampe sekarang saya udah bekerja sekian tahun, masih juga upacara."

B: "Terus kamu mau datang nggak?"

A: "Kayaknya saya harus dateng dech.... Soalnya kalo nggak dateng takut di BLACK LIST ama kepegawaian."

B: "Ooooooo........ Kamu kok ga protes gitu?"

A: "Yah..... itu sih cari masalah namanya. Kamu sendiri kok nggak ditunjuk upacara?"

B: " Iya. Meskipun ditunjuk upacara, saya kagak bakalan dateng...."

A: "Loh.....! Kok gitu? kenapa emangnya?"

B: "Saya udah mencoret upacara dalam kamus hidup saya"

A: "Emangnya kenapa?"

B: "Gini dech.... sekarang saya tanya kamu. Kamu udah ikut upacara bendera sejak SD, apa yang kamu dapat?"

A: "Mmmmmm.... apa yach. Rasanya ga ada tuh.... paling dapet ceramah dari pembina upacara...."

B: "Kamu tahu nggak siapa yang pertama kali menyelenggarakan upacara bendera? kamu tahu nggak apa maksud gerakan2 yang ada di upacara bendera, misalnya: hormat bendera, mengheningkan cipta dan sebagainya? Kamu tahu nggak kenapa dalam hormat bendera meletakkan tangan kanan di jidat, kenapa nggak di perut atau di bagian tubuh lainnya? Kamu tahu nggak kenapa kalo upacara itu menaikkan bendera sampe penuh, tapi kalo memperingati berita duka, benderanya diplorotin jadi setengah tiang?"

A: " Waduh....... aku nggak bisa jawab semua pertanyaanmu. Aku cuma ikut-ikutan aja."

B: "Loh.... kok gitu? kamu sekarang bukan anak kecil lagi yang gampang dibodohi. Pernahkah kamu memikirkan hal-hal semacam itu?"

A: "Ga pernah.... Jelasin dong. Biar saya paham"

B: "Baiklah..... Begini. Dulu sebelum saya belajar tentang hukum upacara bendera, saya juga pernah beberapa kali ikut upacara bendera. Tetapi Alhamdulillah, Allah telah memberikan hidayah kepada saya sehingga saya diberikan kemauan untuk lebih mendalami agama Islam. Setelah saya mengetahui ternyata upacara bendera dalam Islam tidak diperbolehkan. Kenapa? karena di dalam upacara bendera ada gerakan-gerakan yang kita tidak tahu maksudnya apa. Gerakan-gerakan yang akal kita tidak bisa cerna itu merupakan ciri dari peribadatan. Sedangkan peribatan hanyalah hak mutlak Allah sang pencipta. Misal: kita tidak tahu makna dari setiap gerakan dalam sholat, kita hanya mentaati dan mencontoh Nabi kita Muhammad SAW. Begitu juga dalam gerakan-gerakan ibadah yang lainnya seperti wudlu dan sebgainya. Itulah sebabnya kenapa saya mencoret upacara bendera dalam hidup saya, karena saya sudah tahu hukumnya. Dan apabila saya melakukan upacara bendera tentu dosa saya akan lebih besar, karena saya termasuk orang yang mengetahui yang kemudian melanggar.

A: "Oooooo.....gitu. Jadi selama ini kita dibodohin Belanda si penjajah itu ya..... Kan mereka yang mengajari kita upacara bendera. Wah....wah.... wah.... saya baru sadar sekarang. Terus apa nasihatmu kepada saya."

B: "Saya nasehatkan agar kamu menuntut ilmu syar'i yang berguna bagi dunia dan akhiratmu. Kemudian istiqomahlah dan jangan pedulikan perkataan orang yang mencelamu karena ketaatanmu terhadap Allah dan Rasulnya."

A: "Oooooo .... ya. Insya Allah. Doakan saya ya..... Terima kasih atas pengetahuan yang kamu berikan kapada saya"

B: "Sama-sama. Semoga Allah tetap melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua"

Transkrip nilaiku, apa kabarmu kini......?


Saya adalah alumnus Sekolah Tinggi Akuntasi Negara. Pendidikan terakhir saya sekarang adalah Diploma IV Akuntasi lulus tahun 2007. Tidak lama setelah saya lulus program diploma IV akuntansi, saya mengajukan permintaan transkrip nilai Diploma III dan Diploma IV saya. Saya menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan transkrip tersebut, saya hubungi pegawai sekretaris Direktur STAN yang mengurusi hal tersebut, saya telpon berkali-kali. Terakhir jabawab yang saya terima adalah saya nanti dihubungi kembali. Akhirnya saya menunggu. Setelah hampir 1 tahun saya menunggu tidak ada kabar. Akhirnya saya minta bantuan adik kelas saya yang masih kuliah di tingkat IV untuk menanyakan transkrip nilai saya tersebut. Saya berikan foto copy surat permintaan transkrip nilai saya yang ditandatangani oleh Direktur tempat saya bekerja. Dan alhamdulillah akhirnya saya mendapatkan transkrip nilai tersebut. Tetapi yang saya dapatkan hanya transkrip nilai Diploma IV saja. Hal ini ternyata terjadi karena adanya salah persepsi atas surat permintaan traskrip nilai saya. Akhirnya tanggal 10 September 2008 saya mengajukan kembali permintaan transkrip nilai Diploma III saya melalui prosedur kantor saya yang sekarang, yakni melalui bagian kepegawaian. Waktu itu saya juga membuatkan memo permintaan transkrip nilai temen saya juga. Beberapa waktu kemudian teman saya tersebut mendapat apa yang dia minta, sedangkan saya belum. Akhirnya saya putuskan untuk menunggu. Setelah hampir 1 tahun saya menunggu, akhirnya saya putuskan untuk minta bantuan adik kelas saya yang bekerja di sekretariat STAN. Saya kasih dia foto copy surat permintaan transkrip nilai saya. Setelah di cek oleh pegawai STAN yang menangani database nilai, ternyata ada nilai mata kuliah yang tidak bisa diakses karena dipasword oleh pegawai yang menangani sebelumnya, yang sudah pindah entah ke mana. Pihak STAN katanya sudah berusaha menghubungi ybs. YAH.... AKHIRNYA SAMPAI SEKARANG SAYA BELUM MENDAPATKAN TRANSKRIP NILAI TERSEBUT (sudah 11 bulan saya menunggu)....................

Polisi oh Polisi...............


Tahun 2006 yang lalu, saya pernah mencoba membuat SIM di Polres Cirebon. Waktu itu saya bertekad untuk bikin SIM melalui prosedur yang sah. Saya melalui tahapan pembuatan SIM, mulai dari mengisi formulir, daftar sidik jari (Rp 15.000,-) , tes kesehatan (Rp 15.000,-) dan tes tulis (Rp 75.000,- sebagai PNBP). Setelah saya daftar sidik jari dan tes kesehatan, kemudian saya dipanggil untuk tes tulis. Saya mengikuti tes tulis sesuai dengan prosedur. Hasilnya nilai saya kurang 1 angka. Nilai minimal untuk lulus tes tulis adalah 18 (betul 18 dari 30 soal). Nilai saya hanya 17 (kurang 1 angka untuk lulus). Kemudian saya diminta untuk tes tulis lagi 2 minggu kemudian. Setelah datang waktunya, saya kemudian ikut tes tulis lagi. Hasilnya nilai saya malah turun 1 angka dari hasil tes saya sebelumnya, yakni nilai saya 16 (kurang 2 angka untuk lulus). Kemudian saya diminta untuk tes lagi sebulan kemudian. Setelah datang waktunya, saya tes lagi. Hasilnya nilai saya 17 lagi (kurang 1 angka untuk lulus). Akhirnya saya memutuskan untuk mundur dan mengambil kembali uang saya yang Rp 75.000,- (PNBP pembuatan SIM).

Pertama kali saya datang ke Polres Cirebon, saya ditanya oleh tukang parkir di sana apa keperluan saya. Saya jawab, saya mau bikin SIM. Kemudian dia membei tahu saya kalau bikin SIM itu ada 2 cara. Cara cepat (nembak) dan cara lambat (tes sesuai prosedur). Kemudian saya dipertemukan dengan pegawai Polres yang biasa mengurus SIM yang nembak. Saya tanya berapa biaya bikin SIM?. Dia jawab Rp 275.000,-. Padahal biaya resminya adalah Rp 75.000,- belum termasuk daftar sidik jari dan tes kesehatan. Mendengar biaya yang jauh selisihnya tersebut saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti prosedur, dan hasilnya seperti yang saya ceritakan di atas.

Selama saya memasuki kantor Polres Cirebon, baik pertama kali maupun selama saya bolak balik mengikuti ujian SIM, saya tidak pernah melihat ada orang yang mengikuti tes praktek (mengendarai kendaraan pada tempat yang telah disediakan). Saya perhatikan, hampir tidak ada orang yang membuat SIM sesuai perosedur, sebagian besarnya NEMBAK (nyogok polisi agar diluluskan dalam ujian SIM).

Begitulah keadaan yang pernah saya alami. Dan mungkin pembaca sekalian juga mengalaminya. LANTAS APAKAH KALAU MASIH SEPERTI ITU KEPOLISIAN PANTAS MEMPEROLEH REMUNERASI (penghasilan bertambah dengan adanya reformasi Polri) ????????

Entah kenapa, sampai sekarang sering muncul rasa benci kepada Pak Polisi. Padalah saya tahu masih ada polisi yang baik.

Saya sering mendengar bahwa kalau ingin jadi polisi harus bayar puluhan juta rupiah. Dan memang kenyataannya demikian. Kalau seseorang menjadi aparat kepolisian dengan cara NYOGOK, sudah barang tentu yang ada di pikirannya adalah BAGAIMANA CARANYA BALIK MODAL. Maka tidak heran bagi saya kalau polisi itu masih banyak yang melanggar aturan.

Saya sangat kagum seandainya ada seorang polisi yang masih punya harga diri, bekerja dengan sepenuh hati. Saya sering membaca bahwa citra kepolisian di mata mata masyarakat sangat BURUK.