SYARIFUDDIN CIREBON: November 2009

Laman

Senin, 16 November 2009

Setan Kredit


Dasar manusia. Semua yang dia butuhkan selalu ingin serba cepat. Ingin punya sesuatu pengen cepat-cepat. Kalau ingin beli sesuatu pun inginnya serba cepat. Tak melihat kemampuan finansial sendiri. Akibatnya pinjam sana pinjam sini demi memiliki sesuatu yang dia inginkan. Dia beli kebutuhannya dengan kredit. Ibu-ibu beli panci, kredit. Anak muda beli sepeda motor, kredit. Bapak-bapak beli mobil, kredit. Mau beli rumah, kredit. Mau beli tanah, kredit. Mau nikah, kredit. Hampir semua serba kredit alias NGUTANG.

Adakah orang yang berpikiran untuk tidak NGUTANG selama umur hidupnya? Saya kira mungkin ada beberapa saja. NGUTANG sebenarnya boleh-boleh saja kalau terpaksa untuk menyambung hidup (buat makan). Tapi anehnya orang NGUTANG bukan dalam keadaan darurat, tapi untuk menuruti gengsinya. Gengsi kalau tidak cepat punya rumah, gengsi kalau belum punya sepeda motor. Gengsi kalau usahanya kesulitan modal /mau bangkrut. Ya..... ujung-ujungnya NGUTANG. Utang lagi-utang lagi.

Banyak sekali lembaga-lembaga yang menawarkan utang dengan iming-iming kemudahan yang ditawarkan  dan sebagainya. Pada intinya mereka juga cari untung dengan memberikan utang. Mengambil keuntungan dari hutang piutang menurut Islam adalah pokok dari RIBA. Sementara kita dilarang untuk makan dari hasil riba. Dalam sebuah hadits Nabi yang sudah sangat terkenal di kalangan ahli ilmu disebutkan bahwa orang yang makan riba, yang menjadi penulisnya, yang menjadi saksinya, yang menolong berbuat riba, semuanya dilaknat. Apabila kita pinjam ke bank berarti juga kita menolong perbuatan riba. Alangkah hinanya manusia. Dia rela merendahkan derajatnya sendiri dengan berhutang ke bank yang pada dasarnya bank itu adalah lembaga riba. Lalu bagaimana dengan bank syariah? Saya belum tahu apakah bank yang menyatakan dirinya sebagai bank syariah itu benar-benar sesuai dengan syariah.

Kita sebagai manusia tentu punya banyak kelemahan. Mungkin kita tidak sabar dengan keadaan kita sekarang sehingga kita harus terjerat dengan kredit. Sebagian kita berhutang dalam waktu yang lama. bayangkan, beli rumah kredit sampai 15 tahun, selama itu dia berhutang. Hutang itu sebenarnya menghinakan kita. Bahkan di masa Nabi ada seorang yang meninggal dunia dan dia meninggalkan banyak hutang, Nabi tidak mau mensholatkannya. nabi menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mensholatkannya. Berarti kalau seseorang meninggal sedangkan dia meninggalkan hutang, maka penguasa dianjurkan untuk tidak ikut mensholatkannya. Hal ini untuk memberikan pelajaran bahwa berhutang  itu buruk. Bukan berarti berhutang itu tidak boleh. Kita boleh berhutang kalau terpaksa. Nabi juga pernah menggadaikan baju perangnya ke orang yahudi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Renungkanlah...........

Mintalah apa yang kau minta dari Sang Maha Pemberi. Dia dapat memberikan apa saja yang kita minta, karena Dia memiliki segalanya. Bersabarlah ketika kita meminta. Janganlah kita tergesa-gesa dalam meminta dengan mengatakan "saya sudah berdoa/ meminta, tapi tidak dikasih-kasih".